Teknologi Reverse Osmosis untuk pengolahan air bersih di Pesisir dan pulau-pulau Kecil
Teknologi Reverse Osmosis untuk pengolahan air bersih di Pesisir dan pulau-pulau
Kecil
By
: Dhany R
Air merupakan
kebutuhan dasar yang sangat penting bagi manusia dan makhluk hidup lainnya.
Tidak semua daerah mempunyai sumberdaya air yang baik. Wilayah pesisir pantai
dan pulau-pulau kecil di muara sungai atau di
tengah lautan lepas merupakan daerah-daerah yang sangat miskin akan sumber air
bersih, sehingga timbul masalah pemenuhan kebutuhan air bersih terutama pada
musim kemarau panjang. Kualitas air tanahnya sangat bergantung dari curah
hujan. Pada musim kemarau, air tawar yang berasal dari air hujan sudah tidak
tersedia lagi, sehingga air tanah dengan mudah akan terkontaminasi oleh air
laut. Pencemaran kualitas air tanah akibat dari kontaminasi air laut disebut
intrusi. Ciri adanya intrusi air laut adalah air tanah yang terasa payau atau
mengandung kadar garam khlorida dan TDS (Total Dissolved Solid) yang
tinggi. Sumber air yang terdapat di daerah-daerah seperti itu umumnya
berkualitas buruk (payau atau asin, yaitu TDS > 3000 ppm), baik air tanahnya
maupun air permukaannya.
Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki panjang pantai lebih
dari 80.000 km. Sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di daerah pesisir.
Daerah pesisir di Indonesia identik dengan masyarakat miskin dan pemukiman
kumuh. Pada daerah pesisir dan pulau-pulau kecil, sering dihadapkan dengan
persoalan penyediaan air bersih. Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih,
masyarakat di di pesisir dan pulau-pulau kecil terpaksa menampung air hujan
atau mengambil dari tempat lain yang relatif jauh dan mahal. Kurangnya akses
terhadap air minum yang layak konsumsi berdampak pada munculnya masalah
kesehatan.
Sumber air di pesisir sebenarnya tersedia dalam jumlah yang
sangat melimpah, yaitu air laut. Namun air tersebut bukanlah air yang dapat
langsung dikonsumsi. Air laut merupakan air yang di dalamnya terlarut
berbagai zat padat dan gas, contoh : dalam 1000 gram air laut akan terdapat 35
gram senyawa terlarut yang secara kolektif disebut garam, atau di dalam air
laut 96,5 persen berupa air dan 3,5 persen berupa zat-zat terlarut. Untuk itu, sebagai upaya dalam mengatasi permasalahan
pemenuhan kebutuhan air tawar terutama bagi penduduk yang bertempat tinggal di
pesisir dan pulau-pulau kecil, maka perlu dikembangkan sistem pengolahan air
asin/air payau yang tepat guna dan secara ekonomis dapat diterapkan.
Secara
sederhana, proses pengolahan air asin menjadi air tawar tersebut dikenal
sebagai proses desalinasi. Air asin atau air payau adalah larutan yang
mengandung beberapa jenis zat terlarut seperti garam-garam, yang jumlahnya
rata-rata 3 sampai 4,5 %. Desalinasi berarti pemisahan air tawar dari air asin.
Metoda yang digunakan pada proses ini disebut desalinasi air asin. Dalam pemisahan
air tawar dari air asin, ada beberapa teknologi proses desalinasi yang telah
banyak dikenal antara lain, yakni porses distilasi atau penguapan, teknologi
proses dengan menggunakan membran, proses pertukaran ion dll.
Untuk
memenuhi kebutuhan akan air tawar para ahli telah mengembangkan sistem
pengolahan air laut/payau dengan teknologi membran semipermeabel. Membran
(selaput) semipermeabel adalah suatu selaput penyaring air skala molekul yang
dapat ditembus oleh molekul air dengan mudah, akan tetapi tidak dapat atau
sulit sekali dilalui oleh molekul lain yang lebih besar dari molekul air. Teknik tersebut kemudian dikenal dengan sistem reverse
osmosis. Teknologi ini menerapkan sistem osmosis balik dengan memberi tekanan
yang lebih besar dari tekanan osmosis air asin/air payau. Air asin/air payau
tersebut ditekan sehingga melewati membran semipermeabel yang mampu menyaring
padatan ataupun kandungan berbahaya dalam air tersebut sehingga air dapat aman
dikonsumsi.
Ketersediaan air asin yang
melimpah dan adanya persoalan krisis air tawar di daerah pessisir dan pulau
pulau kecil, telah membuat manusia mengembangkan teknlogi dalam mengolah air
asin menjadi air tawar. Salah satunya dengan teknik reverse osmosis. Untuk itu,
dalam tulisan ini akan dibahas tentang mekanisme dan proses kerja dalam
pengolahan air asin menjadi air tawar dengan teknologi reverse osmosis (RO).
Teknologi
pengolahan Air Laut Menjadi Air Tawar
Desalinasi
merupakan teknologi penyulingan air laut untuk menghilangkan kadar garam
berlebih pada air sehingga menghasilkan air tawar yang dapat dikonsumsi dengan
hasil produksi tinggi tetapi menggunakan energi yang murah dan ramah lingkungan
(Direktorat Pendayagunaan Pulau-pulau Kecil, 2013)
Sumber
air payau yang biasa digunakan adalah berasal dari air tanah, air tanah ini
menjadi salin atau berasa asin karena intrusi air laut atau merupakan akuifer
air payau alami. Air permukaan yang payau jarang dipergunakan tetapi mungkin
dapat terjadi secara alami. Air payau dapat memiliki range kadar TDS yang cukup
panjang yakni (1000-10.000 mg/L) dan secara tipikal terkarakterisasi oleh
kandungan karbon organik rendah dan partikulat rendah ataupun kontaminan
koloid. Beberapa komponen yang terdapat dalam air payau seperti boron dan
silika memiliki konsentrasi yang bervariasi dan dapat memiliki nilai yang
beragam dari satu sumber dengan sumber lainnya, faktor penting dalam optimasi
sistem reverse osmosis air payau adalah karakterisasi akurat dari air
umpan yang spesifik.
Proses
reverse osmosis untuk desalinasi air payau memiliki beberapa
karakteristik yang berbeda dengan desalinasi air laut, diantaranya :
• Rancang bangun modul membran reverse
osmosis untuk desalinasi air payau pada umumnya hanya terdiri dari satu tahap
saja mengingat kadar garam umpan yang tidak terlalu tinggi.
• Recovery air lebih tinggi bila
dibandingkan dengan desalinasi air laut
• Suhu umpan kadang-kadang
sangat tinggi sehingga harus diturunkan terlebih dahulu agar tidak merusak
modul [Wenten, 1999]
Desalinasi
secara sederhana dapat dipahami sebagai proses pemisahan yang digunakan untuk
mengurangi kandungan garam terlarut dari air garam hingga level tertentu
sehingga air dapat digunakan. Proses desalinasi melibatkan tiga aliran cairan,
yaitu umpan berupa air garam (misalnya air laut), produk bersalinitas rendah,
dan konsentrat bersalinitas tinggi. Produk proses desalinasi umumnya merupakan
air dengan kandungan garam terlarut kurang dari 500 mg/l, yang dapat digunakan
untuk keperluan domestik, industri, dan pertanian. Hasil sampingan dari proses
desalinasi adalah brine, yaitu larutan garam berkonsentrasi tinggi
(lebih dari 35.000mg/l garam terlarut).
Pada intinya, desalination plant memisahkan air laut menjadi dua
aliran/keluaran: pertama yang mengandung garam terlarut dengan konsentrasi
rendah (the fresh water stream) dan yang kedua berisi sisa garam terlarut
dan bahan lainnya (the concentrate or brine stream). Proses ini
membutuhkan energi yang cukup besar.
Proses desalinasi air laut
dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam yaitu:
1. Pengolahan air laut
Proses destilasi air laut (penyulingan)
Proses destilisasi
air laut memanfaatkan energi panas untuk menguapkan air asin. Uap air tersebut
selanjutnya didinginkan menjadi titik-titik air dan hasil ditampung sebagai air
bersih yang tawar.
Pemurnian air
laut teknik destilasi
menggunakan tenaga thermal dengan proses evaporasi ataupun kondensasi, adapun
metode yang termasuk dalam kategori ini adalah multistage flash evaporation
(MSF), multieffect distillation (MED atau MEE), vapor compression distillation,
solar thermal distillation.
2. Pengolahan air laut
Proses penukar ion
Ion exchange merupakan suatu proses
dimana ion-ion dari suatu larutan elektrolit diikat pada permukaan bahan padat.
Sebagai pengganti ion-ion tersebut, ion-ion dari bahan padat diberikan ke dalam
larutan. Pertukaran hanya dapat terjadi di antara ion-ion yang sejenis dan
berlangsung dalam waktu yang singkat, yaitu pada saat terjadi kontak antara
larutan dengan penukar ion.
Pada tahun
1852, Way menemukan bahwa menghilangkan ammonia dalam larutan air yang meresap
melalui tanah sesungguhnya berupa pertukaran ion dengan kalsium yang terkandung
di dalam sejenis silica tertentu dalam tanah. Dewasa ini penukaan ion pada air
sudah menjadi proses konversi kimia yang sangat bermanfaat. Proses ini
digunakan secara luas dan skala besar di industry
Teknik penukar
ion memanfaatkan proses kimiawi untuk memisahkan garam dalam air laut. Pada
proses ini ion garam (Na Cl) ditukar dengan ion seperti Ca+2 dan SO4-2. Materi
penukar ion berasal dari bahan alam atau sintetis. Materi penukar ion alam
misalnya zeolit sedangkan yang sintetis resin (resin kation dan resin anion).
Proses
pertukaran ion merupakan reaksi kimia yang ionnya terhidrata dan bersifat mobil
bergerak di dalam zat padat, dipertukarkan atas dasar ekuivalen dengan ion yang
bermuatan sama yang terdapat di dalam larutan air. Zat padat mempunyai struktur
seperti jala terbuka dan ion yang bergerak itu menetralisir muatan, atau muatan
potensial, gugus yang terpasang di dalam matriks zat padat itu disebut penukar
ion.
3. Pengolahan Reverse Osmosis
Pada tahun
1748, Ilmuwan Perancis Abbe Nollett, menemukan peristiwa reverse osmosis
yang alami. Proses pengolahan air laut ini terjadi ketika aliran air melalui
suatu membran semi permeable ke larutan konsentrat yang kemudian airnya menjadi
tawar. Lebih dari 200 tahun kemudian, peristiwa ini telah dikenali sebagai cara
untuk mengolah / pengolahan
air laut, air asin, air payau, atau air yang berwarna.
Cara Kerja Reverse
Osmosis : Daya penggerak di belakang reverse osmosis memberikan
tekanan hidrostatik yang berbeda. Tanpa adanya pengaruh dari tekanan luar, air
asin seperti yang terlihat pada gambar akan menerobos membran untuk
menetralkan/menawarkan / pemurnian air
laut yang mengandung garam melalui proses osmosis.
Perbedaan pada permukaan air dalam kaitan dengan perpindahan ini disebut dengan
osmotic pressure head, dan tekanan hidrostatik yang menyebabkan kenaikan pada
permukaan air adalah osmotic pressure. Dalam beberapa kasus air laut yang
mempunyai kandungan garam tinggi, tekanan osmotis dapat menjadi sebesar
1000 psi.
Skema dalam proses desalinasi dengan metode RO
Prinsip Kerja Reverse Osmosis
1.
Proses Osmosis
Untuk memahami
proses reverse osmosis, sebaiknya kita mengkaji terlebih dahulu proses osmosis.
Proses osmosis dapat dijelaskan dengan menggunakan ilustrasi di bawah ini.
Terdapat dua
jenis larutan yang berbeda diletakkan secara berdampingan dan diantara kedua
jenis larutan itu diletakan membrane semi permeable sebagai pembatas.
Pada wadah sebelah kiri disebut concentrated solution, yaitu larutan
dengan kadar garam tinggi. Sedangkan pada wadah sebelah kanan disebut dilute
solution, yaitu larutan dengan kadar garam rendah. Fungsi membrane
semi permeable diletakkan ditengah kedua larutan tersebut untuk
mencegah terjadinya percampuran diantara kedua larutan tersebut. Membrane semi
permeable adalah membrane yang bisa dilewati oleh molekul air tetapi tidak bisa
dilewati molekul garam. Proses osmosis adalah proses mengalirnya molekul air
dari larutan berkadar garam rendah (dilute solution) menuju ke larutan
berkadar garam tinggi (concentrated solution).
Proses osmosis
merupakan proses alamiah yang terjadi sebagai upaya untuk menyeimbangkan
konsentrasi garam pada kedua sisi. Proses osmosis ini akan menyebabkan
ketinggian permukaan air pada concentrated solution akan menjadi lebih
tinggi daripada permukaan pada dilute solution. Secara alamiah air akan
memberikan tekanan dari permukaan air yang lebih tinggi ( concentrated
solution ) menuju ke permukaan air yang lebih rendah ( dilute solution ).
Tekanan yang terjadi inilah biasa kita disebut sebagai osmotic pressure.
Pada ketinggian air tertentu di concentrated solution), besarnya osmotic
pressure ini akan menyebabkan proses osmosis berhenti.
2. Reverse Osmosis
Teknologi penjernihan air yang umum dikenal sejak lama antara lain adalah :
Disinfektansi (dimasak, Chlorinisasi, Ozonisasi, Sinar Ultra Violet),
Destilasi, Mikrofiltrasi, dan Filterisasi (Activated Alumina, Activated Carbon,
Anion & Cation Exchange). Metoda Reverse Osmosis (RO) dikembangkan sejak
tahun 1950an dalam rangka mencari metoda yang ekonomis untuk desalinasi air
laut. Metoda ini yang juga dikenal sebagai “hyperfiltration” ini kemudian
terus dikembangkan untuk membuang hampir semua kontaminan dari air yang akan
diolah.
Proses reverse
osmosis pada prinsipnya adalah kebalikan proses osmosis. Dengan memberikan
tekanan larutan dengan kadar garam tinggi (concentrated solution) supaya
terjadi aliran molekul air yang menuju larutan dengan kadar garam rendah (
dilute solution ). Pada proses ini molekul garam tidak dapat menembus
membrane semipermeable, sehingga yang terjadi hanyalah aliran molekul air saja.
Melalui proses ini, kita akan mendapatkan air murni yang dihasilkan dari
larutan berkadar garam tinggi. Inilah prinsip dasar reverse osmosis.
Berdasarkan penjelasan sederhana diatas, dalam proses reverse osmosis
minimal selalu membutuhkan dua komponen yaitu adanya tekanan tinggi ( high
pressure ) dan membrane semi permeable. Itulah alasan kenapa pada mesin
reverse Osmosis modern, membrane semi permeable dan pompa tekanan
tinggi ( high pressure pump ) menjadi
komponen utama yang harus ada.
Proses dari
teknologi Reverse Osmosis menggunakan membran semi-permeable yang diameternya
lebih kecil dari 0.0001 mikron (500,000 kali lebih kecil dibandingkan dengan
sehelai rambut atau sama dengan penyaring mikron, berfungsi membuang berbagai
kotoran, bahan mikro, bakteri, virus dan sebagainya) dan diberikan tekanan
tinggi agar proses penyaringan dapat berjalan. Proses ini dapat menghilangkan
partikel garam dan partikel-partikel pencemar lainnya dimana ukuran dari
partikel-partikel tersebut lebih besar dari membran Reverse Osmosis. Karena
itu, Reverse Osmosis disebut sebagai metode pemurnian air yang paling efektif.
Jika air yang diinginkan adalah air
yang bebas mineral untuk air minum, proses Reverse Osmosis merupakan sistem
yang paling tepat. Hal ini dikarenakan sebagian besar mineral (co: garam, lead,
besi, dan kalsium) yang terkandung di dalam air, secara fisik, berukuran lebih
besar dari molekul air sehingga proses Reverse Osmosis dapat memberikan
menyaring mineral-mineral tersebut. Reverse Osmosis juga dapat menghilangkan
kandungan kimia berbahaya yang terkandung di dalam air seperti fluoride.
Teknologi RO biasanya dipakai pada pesawat ruang angkasa, perlengkapan
perang negara-negara maju, penyediaan air pada bencana alam, dan lain-lain. Reverse
Osmosis mampu untuk menyingkirkan beragam kontaminan aestetik yang menimbulkan
rasa yang tidak sedap, warna, dan problim bau seperti rasa asin atau rasa soda
yang disebabkan oleh chlorides atau sulfat. Sistem RO pada umunya, efektif
untuk menyingkirkan kontaminan yang menyangkut kesehatan seperti arsenic,
asbestos, atrazine (herbisida/pesticida), fluoride, lead, mercury, nitrate, dan
radium, dan lain-lain. Dengan kemampuannya tersebut, Reverse Osmosis merupakan
teknologi pengolahan air yang sangat umum digunakan guna menghasilkan air yang
berkualitas tinggi.
Di dalam
proses desalinasi air laut dengan sistem osmosis balik (RO), tidak memungkinkan
untuk memisahkan seluruh garam dari air lautnya, karena akan membutuhkan
tekanan yang sangat tinggi sekali. Oleh karena itu pada kenyataanya, untuk
mengasilkan air tawar maka air asin atau air laut dipompa dengan tekanan tinggi
ke dalam sutu modul membrane osmosis balik yang mempunyai dua buah outlet yakni
outlet untuk air tawar yang dihasilkan dan outlet untuk air garam yang telah
dipekatkan (reject water).
3.
Proses Penyaringan pada membran RO
Di
dalam membran RO tersebut terjadi proses penyaringan dengan ukuran molekul,
yakni partikel yang molekulnya lebih besar dari pada molekul air, misalnya
molekul garam dan lainnya, akan terpisah dan akan terikut ke dalam air buangan
(reject water). Oleh karena itu air yang akan masuk kedalam membran RO harus
mempunyai persyaratan tertentu misalnya kekeruhan harus nol, kadar besi harus
< 0,1 mg/l, pH harus dikontrol agar tidak terjadi pengerakan calsium dan
lainnya.
Dalam
prakteknya, proses pengolahan air minum dengan sistem reverse osmosis terdiri
dari dua bagian yakni unit pengolahan pendahuluan dan unit RO. Oleh karena air
baku yakni air laut, terutama yang dekat dengan pantai masih mengandung
partikel padatan tersuspensi, mineral, plankton dan lainnya, maka air baku
tersebut perlu dilakukan pengolahan pendahuluan sebelum diproses di dalam unit
RO.
Unit
pengolahan pendahuluan tersebut terdiri dari : pompa air baku, bak
koagulasi-flokulasi, tangki reaktor (kontaktor), saringan pasir, filter mangan
zeolit, dan filter untuk penghilangan warna (color removal), dan filter
cartridge ukuran 0,5 μm. Sedangkan
unit RO terdiri dari : pompa tekanan tinggi, membran RO, pompa dosing untuk
anti scalant, anti biofouling dan sterilisator ultra violet (UV).
Air
baku (air laut) dipompa ke bak koagulasi-flokulasi untuk mengendapakan zat
padat tersuspenssi, selanjutnya di alirkan ke rapaid sand filter, selanjutnya
ditampung di dalam bak peampung. Dari bak penampung air laut dipompa ke
pressure filter sambil diinjeksi dengan larutan kalium permanganat agar zat
besi atau mangan yang larut dalam air baku dapat dioksidasi menjadi bentuk
senyawa oksida besi atau mangan yang tak larut dalam air. Selain itu
dijinjeksikan larutan anti scalant, anti biofouling yang dapat berfungsi untuk
mencegah pengkerakan serta membunuh mikroorganisme yang dapat menyebabkan
biofouling di dalam membrane RO.
Dari
pressure filter, air dialirkan ke
saringan filter multi media agar senyawa besi atau mangan yang telah
teroksidasi dan juga padatan tersuspensi (SS) yang berupa partikel halus,
plankton dan lainnya dapat disaring. Dengan
adanya filter multi media ini, zat besi atau mangan yang belum teroksidasi
dapat dihilangkan sampai konsentarsi <0,1 mg/l. Zat besi dan mangan ini
harus dihilangkan terlebih dahulu karena zat-zat tesebut dapat menimbulkan
kerak (scale) di dalam membran RO.
Dari
filter multimedia, air dialirkan ke filter penghilangan warna. Filter ini
mempunyai fungsi untuk menghilangkan warna senyawa warna dalam air baku yang dapat
mempercepat penyumbatan membran RO. Setelah melalui filter penghilangan warna,
air dialirkan ke filter cartridge yang dapat menyaring partikel dengan ukuran
0,5 μm. Setelah melalui filter
cartridge, air dialirkan ke unit RO dengan menggunakan pompa tekanan tinggi
sambil diinjeksi dengan zat anti kerak dan zat anti biofouling. Air yang keluar
dari modul membran RO ada dua yakni air tawar dan air buangan garam yang telah
dipekatkan (reject water). Selanjutnya air tawarnya dipompa ke tangki penampung
sambil dibubuhi dengan khlorine dengan konsentarsi tertentu agar tidak
terkontaminasi kembali oleh mikroba, sedangkan air garamnya dibuang lagi ke
laut.
Proses Desalinasi dengan RO
Di
dalam proses desalinasi air laut dengan sistem osmosis balik (RO), tidak
memungkinkan untuk memisahkan seluruh garam dari air lautnya, karena akan
membutuhkan tekanan yang sangat tinggi sekali. Oleh karena itu pada
kenyataanya, untuk mengasilkan air tawar maka air asin atau air laut dipompa
dengan tekanan tinggi ke dalam sutu modul membrane osmosis balik yang mempunyai
dua buah outlet yakni outlet untuk air tawar yang dihasilkan dan outlet untuk
air garam yang telah dipekatkan (reject water).
Di dalam membran
RO tersebut terjadi proses penyaringan dengan ukuran molekul, yakni pertikel
yang molekulnya lebih besar daripada molekul air, misalnya molekul garam dan
lainnya, akan terpisah dan akan terikut ke dalam air buangan (brine/reject
water). Oleh karena itu air yang akan masuk ke dalam membran RO harus
mempunyai persyaratan tertentu misalnya kekeruhan harus nol, kadar besi harus
< 0,1 mg/L, pH harus dikontrol agar tidak terjadi pengerakan kalsium dan
lainnya [Said, 2008]. Membran RO bertindak sebagai “barrier” yang
bersifat semi permeabel yang dengan mudah melewatkan komponen secara selektif
(pelarut, biasanya air) dan menghalangi zat terlarut secara parsial maupun
keseluruhan. Air akan berpindah dari sisi umpan ke sisi permeat dengan proses
difusi dengan tekanan sebagai driving force atau gaya dorong yang
dibutuhkan agar membran dapat bekerja
Di
dalam prakteknya, proses pengolahan air minum dengan sistem reverse osmosis
terdiri dari dua bagian yakni unit pengolahan pendahuluan dan unit RO. Oleh
karena air baku yakni air laut, terutama yang dekat dengan pantai masih
mengandung partikel padatan tersuspensi, mineral, plankton dan lainnya, maka
air baku tersebut perlu dilakukan pengolahan pendhuluan sebelum diproses di
dalam unit RO.
Unit
pengolahan pendahuluan tersebut terdiri dari beberapa peralatan utama yakni
pompa air baku, bak koagulasi-flokulasi, tangki reaktor (kontaktor), saringan
pasir, filter mangan zeolit, dan filter untuk penghilangan warna (color
removal), dan filter cartridge ukuran 0,5 μm. Sedangkan unit RO terdiri dari
pompa tekanan tinggi dan membran RO, serta pompa dosing untuk anti scalant, dan
anti biofouling dan sterilisator ultra violet (UV).
Air
baku (air laut) dipompa ke bak koagulasi-flokulasi untuk mengendapakan zat padat
tersuspenssi, selanjutnya di alirkan ke rapaid sand filter, selanjutnya
ditampung di dalam bak peampung. Dari bak penampung air laut dipompa ke
pressure filter sambil diinjeksi dengan larutan kalium permanganat agar zat
besi atau mangan yang larut dalam air baku dapat dioksidasi menjadi bentuk
senyawa oksida besi atau mangan yang tak larut dalam air. Selain itu
dijinjeksikan larutan anti scalant, anti biofouling yang dapat berfungsi untuk
mencegah pengkerakan serta membunuh mikroorganisme yang dapat menyebabkan
biofouling di dalam membrane RO. Dari pressure filter, air dialirkan ke
saringan filter multi media agar senyawa besi atau mangan yang telah
teroksidasi dan juga padatan tersuspensi (SS) yang berupa partikel halus,
plankton dan lainnya dapat disaring.
Dengan
adanya filter multi media ini, zat besi atau mangan yang belum teroksidasi
dapat dihilangkan sampai konsentarsi <0,1 mg/l. Zat besi dan mangan ini
harus dihilangkan terlebih dahulu karena zat-zat tesebut dapat menimbulkan
kerak (scale) di dalam membran RO. Dari
filter multimedia, air dialirkan ke filter penghilangan warna. Filter ini
mempunyai fungsi untuk menghilangkan warna senyawa warna dalam air baku yang
dapat mempercepat penyumbatan membran RO. Setelah melalui filter penghilangan
warna, air dialirkan ke filter cartridge yang dapat menyaring partikel dengan
ukuran 0,5 μm.
Setelah
melalui filter cartridge, air dialirkan ke unit RO dengan menggunakan pompa
tekanan tinggi sambil diinjeksi dengan zat anti kerak dan zat anti biofouling.
Air yang keluar dari modul membran RO ada dua yakni air tawar dan air buangan
garam yang telah dipekatkan (reject water). Selanjutnya air tawarnya dipompa ke
tangki penampung sambil dibubuhi dengan khlorine dengan konsentarsi tertentu
agar tidak terkontaminasi kembali oleh mikroba, sedangkan air garamnya dibuang
lagi ke laut.
Alur
Pengolahan air dalam Sistem Reverse
Osmosis
Berdasarkan kondisi air baku
yang akan diolah proses pengolahan yang digunakan yakni kombinasi proses
koagulasi-flokulasi, oksidasi zat besi dan mangan, filtrasi dan desalinasi
dengan proses reverse osmosis (RO). Air
baku yang berasal dari air muara sungai atau sumur dipompa ke bak clarifier
atau bak koagulasi berupa lumpur atau zat warna organik dapat digumpalkan
menjadi flok atau gumpalan partikel sambil diinjeksi dengan larutan PAC
(polyaluminium chloride) agar partikel kotoran yang kotoran yang akan mengendap
di dasar bak clarifier. Air limpasan atau over flow dari bak clarifier
selanjutnya dialirkan ke bak penampung air baku. Dari bak penampung air baku,
air baku dipompa ke tangki reaktor sambil diinjeksi denganl arutan kalium
permanganat dengan menggunakan pompa dosing, agar zat besi atau mangan yang
larut dalam air baku dapat dioksidasi menjadi bentuk senyawa oksida Besi atau
Mangan yang tak larut dalam air. Selain itu, pembubuhan Kalium Permanganat
bersifat oksidator yang dapat juga dapat berfungsi untuk membunuh
mikroorganisme yang dapat menyebabkan biofouling (penyumbatan oleh bakteri) di
dalam membran Osmosa Balik.
Dari tangki reaktor, air dm yang telah teroksidasi dan juga
padatan tersuspensi (SS) yang berupa partikel halus, plankton dan lainnya dapat
disaring. Air yang keluar dari saringan pasir selanjutnya dialirkan ke filter
Mangan Zeolit (manganese greensand filter). Dengan adanya filter Mangan Zeolit
ini, zat besi atau mangan yang belum teroksidasi di dalam tangki reaktor dapat
dihilangkan sampai konsentrasi < 0,1 mg/l. Zat Besi dan Mangan ini harus
dihilangkan terlebih dahulu karena zat-zat tesebut dapat menimbulkan kerak
(scale) di dalam membran RO.
Dari filter Mangan Zeolit, air dialirkan ke filter karbon aktif
(activated carbon filter) untuk menghilangkan bau atau warna serta polutan
mikro. Filter ini mempunyai fungsi untuk menghilangkan senyawa warna dalam air
baku yang dapat mempercepat penyumbatan membran Osmosa Balik secara adsorpsi.
Setelah melalui filter penghilangan warna, air dialirkan ke filter cartridge
yang dapat menyaring partikel kotoran sampai ukuran 0,5 mikron. Dari filter
cartridge, selanjutnya, air dialirkan ke unit membrane RO dengan menggunakan
pompa tekanan tinggi sambil diinjeksi dengan zat anti kerak (antiskalant) dan zat
anti biofouling. Air yang keluar dari modul membran Osmosa Balik yakni air
tawar dan air buangan garam yang telah dipekatkan. Selanjutnya produk air tawar
dialirkan ke tangki penampung air produk yang terbuat dari bahan stainles
steel. Sedangkan air baungan atau reject brine dibuang ke saluranatau sungai
kembali.
Dari tangki
penampung air produk, sebelum ke kran pengisian air di alirkan ke filter
cartridge untuk air produk dengan menggunakan pompa, selanjutnya dilewatkan ke
sterilisator Ultra Violet dan selanjutnya ke kran pengiasian.
Air produk
yang sudah siap minum didistribusikan ke masyarakat dengan menggunakann botol
galon 20 liter dan disegel dengan tutup plastik agar tidak terjadi
rekontaminasi.
Bagan pengolahan air bersih dengan
sistem Reverse Osmosis
Permasalahan Pada Penerapan
Teknologi Reverse Osmosis
Sistem reverse osmosis memberikan beberapa keuntungan
dalam pengolahan air yaitu; Menghasilkan air dengan kualitas sangat baik, memerlukan
sedikit bahan kimia , kebutuhan energi lebih rendah untuk operasi dan
pemeliharaan, dan mampu memproduksi air dengan kualitas konstan, serta mampu
menyisihkan bahan kontaminan dengan cukup baik. Namun, dalam aplikasinya tentu
mempunyai juga beberapa permasalahan dan kendala teknis yang dihadapi yang
kemudian berdampak pada efisiensi proses produksi air.
Saat kita
memberikan tekanan pada sisi larutan kadar garam tinggi (concentrated
solution), maka terjadilah proses yang disebut reverse osmosis terjadi.
Pada saat proses reverse osmosis molekul air mengalir menembus membrane semi
permeable, akan tetapi pada saat yang bersamaan molekul garam tertahan di wadah
sebelah kiri karena molekul garam tidak mampu melewati membran semi permeable.
Sehingga setelah beberapa waktu, terjadi pengurangan vlolume air yang ada di
wadah sebelah kiri, sementara itu jumlah garam tetap sama. Hal ini
mengakibatkan konsentrasi garam menjadi meningkat tajam.
Peningkatan
konsentrasi ini akan terus berlanjut seiring berkurangnya jumlah air.
Peningkatan konsentrasi garam inilah yang akan menjadi penyebab utama “scaling”
di membrane semi permeable. Scaling sendiri merupakan peristiwa dimana
terbentuknya padatan / endapan yang disebabkan pertemuan antara ion positif dan
ion negatif. Misalnya ion Calsium yang bereaksi dengan ion karbonat, akan
menghasilkan padatan Calsium Carbonat. Pada saat konsentrasi ion Calsium dan
Carbonate di air masih sangat rendah, kedua ion ini tidak bisa bereaksi
membentuk padatan. Tetapi pada saat konsentrasinya meningkat tajam ( karena
semakin berkurangnya jumlah molekul air ), maka terbentuklah endapan. Endapan
yang terbentuk ini bisa menempel pada permukaan membrane, dan menjadi penyebab
terjadinya kebuntuan pada membrane.
Pada sistem
Reverse Osmosis masalah utama yang sering terjadi adalah kebuntuan membrane (membrane
blocked). Secara umum penyebab terjadinya kebuntuan membrane dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu Scaling dan Fouling. Fouling sendiri terjadi
disebabkan karena adanya beberapa zat tertentu di dalam air yang memiliki
kecenderungan dapat menempel di permukaan membrane. Misalnya zat organik, zat
besi, silika, dan masih banyak lagi. Untuk mengantisipasi serta mengatasi
permasalahan ini, maka aspek desain system Reverse Osmosis menjadi sangat
penting.
Kesimpulan
- Unit alat pengolahan air siap minum
tersebut sangat berpotensi sebagai usaha untuk mengatsai masalah penediaan air
minum untuk daerah yang sulit air misalnya untuk wilayah pedesaan di kawasan
pesisier pantai atau pulau-pulau terpencil.
- Sistem Reverse Osmosis sangat baik dan efisien,
tetapi membutuhkan konsumsi energi yang cukup besar dan biaya pengoperasiannya
juga mahal, oleh karena itu pemanfaatannya hingga saat ini lebih banyak untuk
industri.
- Mengolah rawa atau air sungai yang payau
menjadi air yang siap minum dapat dilakukan dengan kombinasi proses koagulasi –
flokulasi, pengendapan, filtrasi dan proses reverse osmosis yang dilengkapi
dengan UV sterilisator.
- Unit alat alat pengolahan rawa payau
menjadi air siap minum ini sangat cocok digunakan untuk wilayah antara lain :
•
Kawasan desa pesisir pantai
•
Kawasan desa rawa pasang surut.
•
Pemukiman padat penduduk di kawasan
pesisir
•
Daerah pemukiman yang kualitas air
tanahnya jelek, dll
- Sistem RO tersebut mempunyai banyak
keuntungan. Akan tetapi dalam pengoperasiannya harus memperhatikan petunjuk
operasi, agar alat dapat digunakan secara baik dan awet. Dalam operasional
diperlukan biaya perawatan, Diantaranya : Biaya bahan kimia, bahan bakar,
penggantian media penyaring, servis dan biaya operator.
-
Sistem pengolahan air sangat bergantung
pada kualitas air baku yang akan diolah. Kualitas air baku yang buruk akan
membutuhkan sistem pengolahan yang lebih rumit.
Daftar
Pustaka
Dewi L.K., Rancang bangun Alat Pemurni Air payau Sederhana
Dengan Membran Reverse Osmosis Untuk Memenuhi Kebutuhan Air Minum Masyarakat
Miskin Daerah Pesisir, Jurusan Teknik Lingkungan, Fakutas Teknik Sipil dan
Perencanaan, ITS Surabaya.
Idaman Said Nusa., 2003.
Aplikasi Teknologi osmosis balik untuk memenuhi
kebutuhan air minum di kawasan pesisir atau pulau terpencil., Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair,
Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan, BPPT.
Indriatmoko Haryoto.,
1999. Pengolahan Air Asin Atau Payau
Dengan Siste Osmosis Balik., Kelompok teknologi Pengelolaan Air bersih dan
limbah cair direktorat teknologi lingkungan, deputi bidang teknologi informasi,
energi, material dan lingkungan badan pengkajian dan penerapan teknologi,
Jakarta.
Maulana Malik., Pengolahan Air Produk Reverse Osmosis
Sebagai Umpan Boiler Dengan Menggunakan Ion Exchange., Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.
Thanks infonya gan.
BalasHapusDitunggu postingan2 berikutnya.
PT. Gowima Bangun Sejahtera
Reverse Osmosis
Seri kimia AERO telah dikembangkan sebagai antiscalant cair spektrum luas, pembersih skala anorganik dan penghilang endapan besi, sebagai pembersih membran serba guna yang efektif terhadap foulant berbasis organik untuk digunakan dalam sistem reverse osmosis dan ultra filtrasi.
BalasHapusBahan kimia seri AERO yang terbayar bersertifikat NSF / ANSI Standard 60 - Bahan Kimia Perawatan Air Minum.
Aplikasi
Membersihkan membran osmosis terbalik untuk menghilangkan fouling yang disebabkan oleh foulant organik, biologis, koloid, garam besi, oksida dan hidroksida. Ini juga dapat digunakan untuk menghilangkan penskalaan kalsium karbonat ringan.
fitur
Kinerja tinggi dan biaya operasi rendah.
Dampak lingkungan rendah.
Tingkatkan efisiensi operasional.
Mengurangi risiko penskalaan dan korosi.
1 PAY-OFF AERO 38 L
2 PAY-OFF AERO 40 D
3 PAY-OFF AERO ASC 1016
4 PAY-OFF AERO 30
5 OXYFITE PAY-OFF
Deskripsi
RO dirancang secara profesional untuk mengurangi padatan terlarut, menghilangkan bakteri, besi logam berat dan kontaminan organik dari air sumur atau air mentah.
Karakteristik harga rendah, menggunakan membran reverse osmosis paling canggih, dan efisiensi tinggi
Aplikasi
Menghasilkan air berkualitas tinggi untuk aplikasi domestik, komersial & industri.
fitur
Murah.
Menggunakan membran osmosis balik paling canggih
Efisiensi tinggi.
Fungsi Produk
BW RO Air payau
SW RO Air laut
Untuk info
Bisa hubungi
Tommy.k
(081310849918)
PT Deltapuro Indonesia menyediakan Membrane RO merk Filmtec keluaran dari Dow Filmtec-USA dan merk LG Chem dari Korea, untuk skala perumahan, komersial dan industri, yang terdiri dari Brackish Water RO Membrane dan Sea Water RO Membrane
BalasHapus