Krisis Air di Negeri Air




Dhany R 17 Sept 2013

Krisis Air di Negeri Air
Masalah ketersediaan air bersih, merupakan masalah yang sering dihadapi oleh masyarakat utamanya di daerah dengan jumlah penduduk yang tinggi. Saat ini, utamanya di wilayah perkotaan yang sarat penduduk dan aktifitas industri, seperti di Jakarta, dimana semakin hari, semakin sulit saja untuk mendapatkan air bersih apalagi dengan kondisi musim kemarau saat ini. Berkurangnya debit air disungai yang menjadi pasokan air utama PDAM, selain dikarenakan musim kemarau, juga karena aktifitas pembukaan lahan dan penebangan hutan di daerah hulu sungai yang menyebabkan semakin sedikitnya daerah tangkapan air yang kemudian menyebabkan keringnya sumber mata air.

 Sementara itu, dilingkungan perkotaan dengan jumlah penduduk yang sangat padat dan aktifitas Industri/pabrik yang tinggi, tentunya berdampak pada semakin tingginya pemakain air dan resiko pencemaran terhadap sumber-sumber mata air. Tentu hal ini berhubungan langsung karena dengan semakin banyaknya penduduk, maka meningkat pula produksi limbah domestik rumah tangga yang kemudian di buang begitu saja menjadi tumpukan sampah atau dialirkan ke sungai yang kemudian mencemari sumur-sumur ,sungai, dan sumber-sumber air lainnya. Belum lagi soal kebutuhan industri-industri yang membutuhkan air dalam debit yang tinggi namun memberi dampak yang buruk pula pada kualitas air ketika limbahnya dibuang begitu saja dan mencemari sungai, danau dan laut.
Ketika sungai telah penuh dengan sampah maka akan terjadi pendangkalan, sehingga ketika hujan turun, banjir tak bisa dielakkan karena kapasitas sungai tak mampu lagi menampung debit air yang tinggi begitupun dengan kemampuan peresapan tanah yang semakin berkurang karena semakin sempitnya lahan terbuka hijau dan daerah-daerah peresapan air yang telah dikonversikan menjadi perumahan atau industri.

Sampai saat ini masyarakat di kota besar, dalam pemenuhan kebutuhan air bersih, umumnya bergantung pada PDAM, yaitu perusahan negara yang memasok kebutuhan air bersih kepada masyarakat melalui pipa-pipa hingga sampai ke kran-kran di rumah-rumah warga. Namun, sentralisasi pembangunan di Pulau jawa menyebabkan ledakan penduduk yang besar utamanya di kota-kota besar dipulau jawa sehingga kebutuhan terhadap sumber daya alam seperti air sangat tinggi sementara daya dukung alamnya untuk menyediakan kebutuhan sumber daya bagi masyarakatnya sudah tidak memadai.
Untuk itu, langkah praktis yang dilakukan masyarakat perkotaan dalam pemenuhan air bersih untuk keperluan domestik maupun industri adalah dengan baramai-ramai membuat sumur bor. Tentu ini akan sangat berbahaya karena Jika aktifitas ini di lakukan secara terus menerus dan dalam jumlah massiv, akan berdampak pada keringnya cadangan air tanah, apalagi mengingat kondisi lahan perkotaan yang sangat minim daerah tangkapan hujannya. Tanah-tanah di beton, rawa-rawa ditimbun untuk dikonversi menjadi kawasan perumahan dan industri. Sebagai dampaknya, ketika hujan turun, air tidak dapat terserap ke tanah dan bahkan berpotensi banjir karena air terpusat di kanal-kanal dan sungai yang juga telah mengalami pendangkalan karena tumpukan sampah dan limbah.
Persoalan ketersediaan air di perkotaan besar, merupakan masalah yang rumit karena berhubungan dengan masalah kepadatan penduduk, tingginya kebutuhan air bersih untuk keperluan domestik maupun industri, pencemaran lingkungan air, semakin berkurangnya cadangan air tanah, aktivitas penebangan hutan, konversi rawa menjadi pemukiman dan industri, serta minimnya daerah hijau dan tangkapan air di perkotaan. Untuk itu, pemikiran kreatif dan inovatif sangat dibutuhkan untuk melahirkan solusi yang tepat dalam mengatasi persoalan kebutuhan air bersih utamanya di wilayah perkotaan dengan sekian banyak masalah yang  ada dan saling berhubungan rumit.
Masalah air, adalah masalah lingkungan yang tentunya harus diselesaikan dengan pendekatan holistik dan multidisiplin. Dimulai dari mengubah paradigma masyarakat untuk lebih memperhatikan dampak lingkungan dalam pemenuhan kebutuhnnya disamping itu, berupaya menemukan teknologi tepat guna yang efisen serta efektif mengatasi persoalan kebutuhan air bersih.

Teknologi NEwater di Singapura
Apa yang dilakukan oleh negara Singapura dalam mengatasi krisis air dan menjaga pasokan air yang berkesinambungan untuk pemenuhan kebutuhan air di negaranya sangat luar biasa dan patut diapresiasi. Singapura, membuat teknologi dalam mendaur ulang air secara steril dan higienis. Sumber daya air yang berjumlah sangat terbatas, membuat negara ini memaksimalkan potensi air yang dimilikinya. Teknologi mutakhir ini diberi nama Newater.

Bahasa sederhana untuk NEwater ialah air buangan (wastewater) yang dibersihkan lewat serangkaian proses hingga hasil akhirnya aman dikonsumsi manusia (meski kebanyakan dipakai oleh industri). Dalam memproses air, teknologi NEWater menggunakan membran mutakhir dan teknologi ultraviolet sehingga ultra bersih dan aman diminum. Newater dikembangkan oleh PUB setelah 3 dekade dan telah melewati lebih dari 65.000 tes ilmiah serta memenuhi persyaratan WHO. Dalam sehari, NEWater mampu memproduksi air sebanyak 32.000 m3 per hari.
Untuk menjamin pasokan air yang beragam dan berkesinambungan, maka Singapura mengandalkan Empat Keran Nasional (Four National Taps) sebagai sumber bahan baku air, yakni resapan air lokal, impor dari Malaysia, daur ulang dengan NEWater, dan desalinasi atau pemurnian air dari kadar garam.
Yang pertama, Untuk resapan air lokal, bahan bakunya berasal dari air hujan yang dikumpulkan melalui sungai, kanal, dan saluran air, lalu disimpan di 17 waduk reservoir. Yang kedua ialah daur ulang Newater yang mana bahan bakunya bersumber dari air bekas pamakaian pelanggan Newater itu sendiri yang dikumpulkan lagi melalui sistem pembuangan kotoran dan dibersihkan kembali di pabrik reklamasi air. Yang ketiga adalah air import dari malaysia. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku air, NEwater bahkan harus mengimpor resapan air lokal dari johor malaysia. Ke empat adalah, Newater juga mampu memanfaatkan air laut untuk kebutuhan air bagi masyarakatnya melalui proses desalinasi atau proses pemurnian air dari kadar garam.
Menurut George madhavan, Direktur 3P Network Departement di Public Utilities Board Singapura, yang menjelaskan ke beberapa wartawan Kompas ketika berkunjung ke Newater pada 6 Mei 2013, bahwa Newater mampu menyumbang pasokan air bersih 30% dari total 273.000 meter kubik (60 juta galon) kebutuhan air masyarakat di singapura pada tahun 2013. Dan ia pula melanjutkan bahwa pada tahun 2060, Newater mampu memenuhi 50% kebutuhan air bagi masyarakat singapura.
Singapura benar-benar telah membuktikan diri, bahwa dengan keterbatasan sumber daya alam yang ada, justru mampu menemukan jalan keluar dari permasalahannya terutama dalam pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakatnya. Berkaca dari apa yang telah dilakukan Singapura, tentunya dengan sumber daya alam yang dimiliki negara kita, kita bahkan mampu melakukan yang lebih baik.
Namun apa yang terjadi, pembangunan-pembangunan di Indonesia selalu tidak tepat sasaran dan malah menambah rumit persoalan yang ada. Nampaknya, pemimpin-pemimpin di negara kita terlalu lelah disibukan oleh persoalan korupsi, demokrasi, demonstrasi, krisis sumber daya alam, subsidi BBM, dan beragam persoalan politik lainnya yang menelan biaya yang cukup besar. Sebagai contoh, Bayangkan, untuk keperluan subsidi BBM saja, pemerintah mengeluarkan dana sekitar 300an Trilyun pertahunnya untuk mensubsidi seluruh rakyat Indonesia. Bahkan para pejabat yang kaya pun ikut menikmati rakus subsidi ini.  Hmmmm....
Pemerintah cenderung berpikir mekanistis terhadap suatu masalah. Memberikan subsidi kepada masyarakat bukan satu-satunya cara untuk mengatasi kenaikan harga minyak bahkan tidak mengatasi masalah, malah hanya akan mempertinggi jumlah utang negara. Untuk itu, perlu diupayakan pendekatan masalah yang lebih holistik dan sistematis pada persoalan paradigma masayarakat, budaya, hingga persoalan pengelolaan sumber daya alam.
Begitu pula dengan persoalan kebutuhan air di Indonesia yang saling berhubungan dengan persoalan lain seperti kepadatan penduduk, tingginya kebutuhan air bersih untuk keperluan domestik maupun industri, pencemaran lingkungan air, berkurangnya cadangan air tanah, penebangan hutan, konversi lahan rawa menjadi, minimnya daerah tangkapan air, serta masih banyak masalah lainnya yang saling berhubungan rumit,
Padahal, jika sedikit saja anggaran negara ini disisihkan untuk pembuatan infrastruktur yang efisien dan efektif misalnya industri pengolahan air berteknologi tinggi sekelas Newater di Singapura tentu dapat mengurangi sedikit permasalahan utama di negeri kita ini yaitu persoalan ketersediaan air bersih utamanya di daerah perkotaan yang sarat penduduk.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbandingan teori Perencanaan John Friedman dan Barclay Hudson

Pajak dan Pencemaran Lingkungan

Teknologi Reverse Osmosis untuk pengolahan air bersih di Pesisir dan pulau-pulau Kecil