Pendidikan Alternatif Lingkungan
Dhany.R 8 September 2013
Siapakah yang akan menerima dampak dari kerusakan
lingkungan yang terjadi saat ini...?? ya pertanyaan yang tentunya harus kita
renungkan bersama, sebagai konsekuensi dari perlakuan kita terhadap Bumi yang
kita pijaki saat ini.
Kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini tentunya akan
menjadi warisan untuk masa depan. Dan anak-anak lah yang menerima dampak paling
besar dari segala kerusakan yang sedang berlangsung saat ini. Anak-anak yang
sejatinya adalah penerus tongkat estafet perkembangan peradaban di bumi ini
harus menanggung konsekuensi dari praktik-praktik eksploitatif dalam bidang
ekonomi, sosial, dan lingkungan yang saat ini sedang berlangsung.
Kemudian menjadi tugas besar kita sebagai bentuk tanggung
jawab atas apa yang telah terjadi dewasa ini, adalah bagaimana kita mampu
membekali anak-anak dengan menanamkan sikap, nilai, pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk mampu menjalani kehidupan dan tantang di
masa depan. Untuk itu pendidikan lingkungan sangat penting, namun yang terjadi
saat ini, pendidikan lingkungan hidup usia dini masih belum diajarkan secara
maksimal dalam kurikulum pendidikan nasional kita
Pendidikan lingkungan hidup
adalah suatu proses untuk membangun populasi manusia di dunia yang sadar dan
peduli terhadap lingkungan total (keseluruhan) dan segala masalah yang
berkaitan dengannya, dan masyarakat yang memiliki pengetahuan, keterampilan,
sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk bekerjasama, baik secara
individu maupun secara kolektif, untuk dapat memecahkan berbagai masalah
lingkungan saat ini, dan mencagah timbulnya masalah baru. (unesco, deklarasi
tbilisi, 1977).
Kemudian menurut Soriatmadja pada tahun 1997, pendidikan
lingkungan hidup adalah suatu proses yang bertujuan untuk mengembangkan
kesadaran umat manusia akan lingkungan hidup dengan seluruh permasalahan yang
terdapat didalamnya. Jadi dapat disimpulkan pengertian pendidikan lingkungan
hidup (PLH) adalah suatu proses yang memiliki tujuan untuk menciptakan
masyarakat yang sadar akan lingkungan hidup dengan memperhatikan maslah-masalah
lingkungan hidup yang terjadi dan mampu memeberikan solusi untuk mengatasinya.
Pendidikan lingkungan hidup diarahkan kepada aspek sikap
dan perilaku siswa didik untuk memahami pentingnya lingkungan bagi kehidupan
dan bagaimana mencintai dan menjaga lingkungan sehingga manjadi nilai-nilai
positif yang tertanam dalam keseharian mereka. Dengan adanya pendidikan
lingkungan hidup yang diajarkan, maka diharapkan dapat mendorong dan memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang dapat menumbuhkan kepedulian, komitmen untuk melindungi serta
memanfaatkan lingkungan hidup secara arif dan bijaksana, juga dapat menciptakan
pola perilaku baru yang bersahabat dengan limgkungan hidup dan mampu
mengembangka etika lingkungan.
Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya menjaga kelestarian lingkungan sesuai dengan prinsip pembangunan
berkelanjutan, maka pendidikan dan penanaman nilai-nilai tersebut harus
dilakukan sejak usia dini. Hal ini karena anak-anak, khususnya pelajar sekolah
(SD, SMP, SMA), akan memberikan kesempatan untuk membangun pemahaman yang
mereka peroleh sendiri melalui pengalaman mereka sendiri yang tentunya
berinteraksi dengan alam secara langsung.
Sejak tahun 2006, Pemerintah telah memasukkan pendidikan
lingkungan hidup kedalam kurikulum pembelajaran di sekolah, namun masih sebatas
pelajaran muatan lokal saja, disamping itu belum semua sekolah juga menerapkan
kurikulm ini. Hanya ada beberapa provinsi saja di jawa yang sudah menerapkannya
seperti DKI Jakarta, Jawa barat, banten, dan sebagainya. Pendidikan lingkungan
hidup masih belum merata diseluruh indonesia dan masih dianggap sebagai formalitas
dan belum benar-benar diajarkan secara profesional oleh pengajar yang memang
mamahami pendidikan lingkungan hidup. Sehingga penerapan pendidikan lingkungan
hidup usia dini di indonesia masih belum maksimal.
Pendidikan modern yang diterapkan dalam kurikulum pendidkan
saat ini, sangat mangabaikan aspek ekologis, sosial dan budaya sehingga
membentuk karakter anak yang individualis dan tidak peka atas masalah di
sekitarnya, seperti menghabiskan waktu bermain internet dan game, menonton
acara televisi di rumah masing-masing. Apalagi saat ini media televisi seperti
tidak mampu menjadi media edukasi bagi anak-anak, semuanya seragam menawarkan
kekerasan dan aktivitas yang tak semestinya dijangkau oleh anak pada usia dini.
Hal ini, tentunya akan berdampak sangat negatif pada perkembangan mentalitas
anak dan menumbuhkan sikap egois, komsumtif dan tidak peka terhadap kondisi di
sekitarnya.
Untuk itu diperlukan langkah-langkah Alternatif untuk lebih
mensosialisasikan dan menggalakkan pentingnya pendidikan lingkungan hidup sejak
dini. Tentunya peran kelembagaan non formal seperti LSM, kelompok-kelompok
mahasiswa ataupun gerakan swadaya lainnya yang orientasi gerakannya berbasis
lingkungan, sangat dibutuhkan untuk merancang dan membuat gerakan-gerakan
sosial tentang penyadaran Lingkungan terutama untuk anak usia dini.
Pendidikan lingkungan sejak dini sebagai solusi yang mampu
menjawa kebutuhan masa depan atas merosotnya nilai ekologis dan moralitas
bangsa baik yang dikonsumsi secara langsung maupun melalui dan acara acara
televisi yang tidak edukatif. Pendidikan lingkungan hidup sangat penting dalam menanamkan
nilai-nilai kebersamaan, tanggung jawab, dan solidaritas. Pendidikan lingkungan
juga memungkinkan para peserta didik mampu berinteraksi secara aktif dengan
teman, bersosialisasi dalam masyarakat, bersentuhan dengan alam dan mengasah
kepekaan terhadap masalah-masalah lingkungan di sekitarnya.
Pada intinya, pendidikan lingkungan ini melibatkan
anak-anak, guru, dan masyarakat yang bekerja secara kolektif dan demokratis
terhadap masalah-masalah, pertanyaan dan menemukan solusi berkaitan dengan
persoalan lingkungan. Dalam penerapannya kita perlu mengajarkan kepada peserta
didik melalui aplikasi langsung. Kita harus mencocokan antara teori dan
praktek. Tidak hanya berbicara tentang konservasi hutan dan daur ulang sampah
tetapi mempraktekkannya. Misalnya dengan mengajak anak untuk menanam pohon atau
mengajak anak membuat karya dengan memanfaatkan plastik-plastik bekas. Hal ini
tentu sangat mengasyikan bagi anak karena mereka memilki kesempatan secara
langsung untuk berinteraksi dengan lingkungan dan temannya yang mungkin saja
tidak mereka dapatkan di rumah mereka, misalnya untuk anak-anak yang tinggal
diperkotaan besar, yang hampir tidak pernah bersentuhan dengan ruang ekologis
dan sosialnya karena kesibukan orangtua, dan lain sebagainya
Bagi anak, interaksi aktif seperti itu menjadi ruang sosial
bagi mereka untuk berkreasi, menumbuhkan kecintaan dan hubungan emosional baik
dengan alam maupun dengan temannya. Anak-anak akan secara sadar memahami
pentingnya untuk menjaga lingkungan secara bersama-sama, untuk keberlanjutan
masa depan dan juga tergugah untuk lebih peka dan mampu menemukan solusi dari
permasalahan lingkungan yang dihadapi saat ini.
Pendidikan Alternatif berbasis Lingkungan, Bermain di Alam bebas
Kegiatan alternatif tentang edukasi lingkungan hidup harus mulai digalakkan, seperti yang dilakukan oleh mahasiswa dari fakultas perikanan dan ilmu kelautan universitas Udayana bersama Conservation International Indonesia (CII) dalam rangka mempertingati hari lingkungan hidup 5 juni 2013, yang menggelar sosialisasi tentang pengenalan lingkungan dan ekosistem laut kepada pelajar siswa-siswai SD. Kegiatan edukasi lingkungan tersebut bertema “selamatkan laut untuk masa depan yang lebih baik”.
Kegiatan alternatif tentang edukasi lingkungan hidup harus mulai digalakkan, seperti yang dilakukan oleh mahasiswa dari fakultas perikanan dan ilmu kelautan universitas Udayana bersama Conservation International Indonesia (CII) dalam rangka mempertingati hari lingkungan hidup 5 juni 2013, yang menggelar sosialisasi tentang pengenalan lingkungan dan ekosistem laut kepada pelajar siswa-siswai SD. Kegiatan edukasi lingkungan tersebut bertema “selamatkan laut untuk masa depan yang lebih baik”.
Dalam kegiatan itu, siswa siswi diajak berjalan-jalan
mengelilingi hutan mangrove, melihat pembudidayaan kepiting, dan juga diadakan
berbagai lomba dan kegiatan interaktif yang tentunya memberi pembeljaran
berharga sekaligus pengalaman mengasyikan bagi siswa siswi SD tersebut.
Ada pula yang dilakukan oleh beberapa anggota Komunitas
Balikpapan Berkebun ini. Mereka mengajarkan edukasi lingkungan hidup kepada
siswa-siswi PAUD Al Islami Kampung Pelayaran pada acara penenaman perdana
Komunitas Balikpapan Berkebun. Siswa-siswi diajarkan cara memberi kompos pada
polybag yang berisi tanaman lombok dan menanamnya secara bersama-sama. Kegiatan
ini bertujuan untuk memberi pengalaman dan edukasi langsung sejak dini untuk
memanfaatkan lahan dipekarangan rumah dengan berkebun. Tentunya kegiatan ini
sangat mengasyikan terutama bagi siswa-siswi karena mereka dapat belajar sambil
bermain di alam.
Contoh kegiatan edukatif
lainnya yang memberikan edukasi lingkungan secara interaktif adalah seperti
yang dilakukan oleh FORKOMMADIKA (Forum Komunikasi Mahasiswa Diploma III
Kehutanan) UGM Jogjakarta ini nampaknya layak ditiru. Berbekal dengan satu
lembar permainan ular tangga raksasa berukuran 5 X 5 meter.
Kegiatan ini digelar di
halaman posyandu kelurahan srdonoharjo, kecamatan ngaglik, kabupaten Sleman,
sabtu (16/10). Kegiatan ini bertujuan untk mensosialisasikan pelestarian hutan
dengan melibatkan ibu-ibu PKK dan anak-anak. Melalui kegiatan partisipatif ini,
anak-anak diajak berinteraksi secara akttif untuk mengenali persoalan
lingkungan sepeerti upaya-upaya pelestarian hutan dan menanamkan jiwa cinta
lingkungan kepada anak sejak usia dini..
Kegiatan-kegiatan alternatif seperti diatas tentunya bernilai
positif dan dirasakan lebih efektif dalam menanamkan nilai cinta lingkungan
kepada anak usia dini, ketimbang kita berharap pada pola kurikulum program lingkungan
hidup dari pemerintah yang sampai sejauh ini belum merata penerapannya di
sekolah-sekolah diIndonesia. Tentunya hal ini bukan merupakan tangggung jawab
satu pihak saja, karena permasalahan lingkungan hidup merupakan permasalahan
bangsa juga permasalahan global yang dimana penanganannya harus dilakukan
secara bersama-sama dan holistik, melalui partisipasi aktif yang melibatkan
pemerintah, para ahli dari berbagai disiplin ilmu, tenaga pendidik, lembaga
pendidikan, LSM, kelompok swadaya, dan masyarakat secara luas.
Hal ini tentunnya sejalan dengan cita-cita pembangunan
berkelanjutan, karena anak-anak juga merupakan actor dalam pembangunan
berkelanjutan. Untuk itu menjadi tugas utama yang dewasa untuk dapat
bekerjasama menciptakan lingkungan yang aman, berkelanjutan serta menjadi
tempat untuk mengedukasi dan menanamkan nilai-nilai cinta lingkungan untuk
generasi selanjutnya untuk masa depan yang lebih baik.
Thanks ya sob udah share .......................
BalasHapusbisnistiket.co.id
Oke sama sama...trims
BalasHapus